Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘muara lara’ Category

Sajak 3kg.

Aku tau,
kau tidak main2 terhadapku.

Aku tau,
dalam hal ini kau seperti memainkan sesuatu.
Ya, apalah artinya itu.
engkau bilang penghematan
tapi mengapa orang-orang bilang bom’
engkau basmi perakit bom’
tapi mengapa engkau tebarkan bibit bom’

Aku tau,
kau tidak saja main2 terhadapku.
sampai engkau takluk.

Bandung, 31 Agustus 2010

Read Full Post »

Pileuleuyan samarpolah
lengkah katukang kur tinggal implengan
maju
muru waktu nu geus kaiuhan
kacipta rasa mawa beja tina raksa diri nyata

Pileuleuyan samarpolah
laku hirup mawa sujud nu tinggal sapotong
rengkak jempe padungdung jeung gurat suwung
kur bisa anteb nyimpen impenan

Pileuleuyan samarpolah
hirup kuring mawa kujur nu nyesa samet tuur
raga badag geus ngengklak di tampian
diseuseup mamala nu jadi ubar kahuripan

Bandung, 06 Pebruari 2009

Read Full Post »

Kerlingan matamu, telah memporak-porandakan kekhusyuan
Bagi mata batin yang akan hinggap di ranting-ranting harapan
Bersama ombak kau terus mengeluh, mengaduh pada daratan
Pada pasir yang setia di tepian

Buih ombak memutih, menyusun fragmen kehancuran yang
terus menerus diserahkan pada batu karang
seperti episode perjalanan yang melelahkan
lalu burung camar mengepakkan sayapnya pada angin
yang mengantar pegi ke angkasa
menatap dikejauhan untuk sementara memandang tajam
pada harapan ditengah lautan

lalu kau terus tertunduk, meski kerudungmu setia melambaikan
kesempatan yang harus kukejar
ku terus tertunduk, menyaksikan buih ombak yang menerjang kakimu yang telanjang

2007

Read Full Post »

Ceuk karuhunna pok manehna nyaur ka anak incuna nu bakal datang:
“Maneh mah pasti sulaya tina janji, saperti kami nu geus ngagunasika diri pribadi. Diutuh etah jeung direreyang. Majarkeun can tangtu bakal ngaalusan. Kana kahirupan dunungan kami. Enya, maneh mah turunan kami kur raga pangawasa tan ras jeung hate. Enya maneh mah, kur hirup ku logika. Teu aya beda jeung dunungan urang nu bakal lekasan ti kahirupan anu leuwih nyampurna.”
Karuhunna kur molohok mangrebu taun di musieum. Nyawang kosong kaalam nu terus digerus ku raga nu keur neuleuman waktu.
Teu rengrot ku panuduh jalma kahot.
Patanya harga ti tilu jalma:
Profesor nu boga rasa
Kolektor nu boga cinta
Jeung politikus nu ngupahan nyawa
Manehna bakal mulang dirempet waktu jadi anak jeung incuna.

Bandung, 2007-2009

Read Full Post »

Kuberikan padamu, Raja
Pemantik api

Lautan kerosin
Kertas-kertas kering
Rumah kayu tak terhargakan
Orang-orang tengadah menatap senja
Yang berkilauan

Keringkan saja danau-danau itu, Raja
Agar ikan-ikan berhijrah dengan kesungguhan
Agar lumpur mengeras jadi penahan
Agar rumput tumbuh kehijauan.

Bdg, 10032007

Read Full Post »

Nikreuh lemah
Mepende peurihna ati
Mirosea kahayang nu jadi cukang lantaran
Bet tiwas di sagara kamelang.

Alum nu jadi ngalayung
Muru hurip ti wanci ibun
Karandap sesa sagara
Nu jero tan maksa rasa

Geuning lawas
Pabuaran anggang sindang na piheman
Baku limpung sumawon asak na tutung
Lalaki ngarti miara rasa nu jadi nyata
Di wanci katompernakeun

Lalaki ngarti nu satuju katindesan
Tina alam hurip nu hirup di liwatan.

Bandung, 16 Januari 2009

Read Full Post »

Didadaku, yang sudah bolong-bolong ini. Hampa dan terombang ambing oleh kenyataan. Ya, diantara relung yang gelap dan lembab di hati ini. Berlumuran lubang yang menganga. Berdiri terdiam dan kadang berjalan sempoyongan. Sosok yang kian renta oleh dendam akan rindu yang terkenang.

Andai sesuatu terjadi. Menggurat bersama seiring hati dan fikiran berlabuh dikenyataan. Di musim dingin ditempat tropis ini. Hujan yang kian menggariskan kenyataan bahwa sesungguhnya hati seseorang yang sedang berjalan ditengah hujan lebat belum juga sembuh dengan luka yang begitu parah. “Bertahun-tahun aku terdampar ditempat ini. Ditempat dimana kenyataan seperti semu. Lahiriah suram oleh kenyataan yang maya. Yang terdiam dibatin dan fikiran yang rentan dan goyah”.

Sosok lelaki kurus dan pucat. Dengan bibir terkatup terdiam di bawah pohon harapan. Tak sanggup memanjat harapan-harapan yang menunggu dicabang-cabang lain. Dia hanya terfokus, oleh satu ranting terjal kecil yang sebenarnya sudah mulai tua dan menguning. Tapi ranum dimatanya yang sendu begitu tajam. Tetap memilih ingin memetiknya. Karena itu bagian dari harapannya. Akan sebuah kesempurnaan dari ciptaannya.
I’m still living for tomorrow…. Menyayat hatinya.

Read Full Post »

RINDU SUNYI

Pagi yang tenang
Disaat dingin berair hujan
Sendu dan rindu menggapai waktu
Memanggil di kesenyepan

Jalan ini, rimbun daun yang berjatuhan.
Dikaki musim yang kian terjal
Menyimpan sepi harapan

Aku tak mau engkau tersipu,
Dipagi buta tanpa cahaya surya
Di kedinginan yang menembus sumsum tulang kita

Biarlah engkau disana, diujung tatapan khayalku
Biarlah rindu ini yang akan terus mengunjungimu

Disetiap waktu, menembus kabut dan sergap milyaran rintik hujan.
Untuk sekedar menyapamu,

Dengan bahasa sunyi

Read Full Post »

Mungkin engkau sedang termangu, dengan lipatan kedua tangan didada. Berdiri menatap kedepan.
Kearah dimana hujan menjadi gurat pembatas antara aku dan engkau.
Rintik yang samar seperti jarum-jarum kecil yang jatuh menembus bumi. Menjadikannya tumbuh subur kerinduan yang membuncah.

“Tak ada tatapan yang sempurna”, demikian engkau bergumam.

Sedang aku masih juga berdiri di depanmu dengan jarak berjuta meter, menyaksikan rintik yang terus menghalangi ingatan akan keindahan yang pernah ku bayangkan.
Andai saat ini, di suasana pagi yang dingin ini, engkau terbangun dari tidur semalam kemudian menyediakan kopi pahit untukku…

Kapankah itu sayang?
Kabut rindu ini terus menyelimuti hati yang kian beku ini?

2009

Read Full Post »

(Mbah Dukun tolong lihat Jodohku…. karena Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat.)

Sayang, aku adalah Arjuna Yang Mencari Cinta, Semestinya Kita akan Selalu Bersamamu, Aku Takkan Memiliki dirimu. Mungkin ini Mimpi Yang Sempurna, ketika Seputih Hati yang Indah Kuingat Dirimu.

Terserah Kamulah, Hidupku ‘kan Damaikan Hatimu. Ini bukanlah Janji Diatas Ingkar sehingga apapun Tentang Seseorang, aku tetap Tak Bisa Ke Lain Hati.

Saatnya Waktu Yang Tepat Untuk Berpisah, Pengabdian Cinta yang telah lama Aku Menunggumu Seribu Tahun Lamanya, membuat Aku & Bintang saja yang menjadi Teman Hidup ku.

Seberapa Pantas Suara Hati Seorang Kekasih Bila Kau Tak Disampingku, seperti Sebuah Kisah Klasik Untuk Masa Depan.

Seandainya Aku Bisa Memilih, Semua Tentang Kita seperti Topeng, Tak Ada Yang Abadi. Kau Yang T’lah Pergi menjadi Sobat yang Setia seperti Kau Dan Ibumu.

Saat Aku Lanjut Usia, biarlah Tenda Biru itu adalah Pengalaman Pertama dalam Mistikus Cinta kita. Demikianlah Cinta Adalah Misteri, yang membuat Sementara Kita Berpisah

Salam Perpisahan…

Read Full Post »

Older Posts »